Monday, March 10, 2014

You are my Totem

"Aku tak perlu takut atau khawatir hati itu akan hilang atau di curi, karena aku tahu tidak banyak orang yang tahu kata sandi untuk membuka genggaman tanganmu."

Sekilas langit menampakkan semburat abu-abu, hari ini. Hari dimana burung-burung terbang bebas dengan basah kuyup atau sesekali tinggal berteduh karena sayap mereka yang basah. Sepanjang tahun, aku selalu suka memuja hujan dan semua desir angin dingin yang selalu bersama dalam satu dekap, iya aku suka, tapi hujan boleh cemburu ketika perhatian dan kata-kataku terperangkap pada satu siluet bayangmu, dalam satu kedipan mata. 

Aku tak pernah berpikir untuk meninggalkan hujan, bahkan ketika hujan aku senang membuka mantelku dan berlari menyusuri cipratan air yang terbentuk oleh genangan dan tetes air. Sembari berbalik dan berteriak pelan padamu, "mari ikut denganku, merasakan dingin bersama balutan-balutan air yang mengalir melalui ujung rambut sampai ke kaki" dan kubiarkan kau tetap tinggal dibawah atap setengah berkarat, kau takut dingin rupanya. Dan pelan-pelan kususupi jemarimu, menggenggamnya dan berkata, hujan mungkin dingin, tapi akan tetap ada kehangatan di dalam dekap jari dan pelukku. 


Langkah-langkah kecil kita lalu bersama tercetak di lumpur yang tercipta ketika hujan pergi dan menjauh. Meratap cemburu melihat dekap erat kita yang kini mencipta pelangi disekeliling kita. Aku tak pernah takut, ataupun ragu, ketika dalam lingkar pandangku kau ada dan berdiri sambil memegang erat hati dan senyum yang kutitipkan padamu, akan lebih baik jika kau yang memegangnya. Aku tak perlu takut atau khawatir hati itu akan hilang atau di curi, karena aku tahu tidak banyak orang yang tahu kata sandi untuk membuka genggaman tanganmu.

Lalu kembali kubisikkan pelan padamu, "kau seperti totem, sesuatu yang suci dan menjadi pendukung dan penyemangat dalam perang." Aku memulai perangku dua tahun lalu, ada banyak yang perlu ku kalahkan, beberapa telah berhasil kutaklukkan, termasuk tembok besar yang menghalangi kau bisa tahu perasaanku yang sebenarnya. Namun, masih ada satu perang yang belum bisa ku menangkan secara mutlak. Perang dengan sosok diseberang sana ketika aku bercermin. Namun, tak apa, aku punya totem, semangat yang akan selalu berdiri disampingku ketika kekalahan terlihat di mataku.

Dan, sebelum kulengkapi kalimatku ditelingamu, hujan kembali turun. Kali ini kau tidak lari, tapi tetap jalan dan masih dengan tangan yang menggenggam erat jemariku.


Share:

0 komentar: