My Self, My Shadow, and Blue Rose

Table of Contents
Dia menggeram, tangannya mengepal, di pandanginya sosok yang menyeringai licik dihadapannya. Sosok itu semakin kabur, seperti pixel abu-abu televisi yang tak mendapat channel. Tak sempat lagi dia berpikir, tangannya di layangkan pada senyum sinis yang sedari tadi menyudutkan perasaannya.

"Prangg !!!"

Dia terbelalak, tangannya berdarah terkena beling. Cairan merah segar menetes memenuhi lantai dengan corak hijau. Dia tersadar bahwa sosok yang dia lihat tak lain adalah bayangan dirinya di cermin, entah informasi apa yang dikirim matanya ke Lobus Occipital miliknya sehingga bayangannya pun tak dapat ia kenali. 

Perlahan air matanya menetes, ia sadar bahwa dirinya telah jauh termakan amarah, telah tenggelam terseret emosi. Itu bukan kebetulan, yang dilihatnya adalah dirinya yang sebenarnya, seseorang dengan muka masam dan mata tajam, sesekali membentuk cekungan kebawah dalam kanvas bibirnya. Peramah, murah senyum, adalah sosok imaji yang ada di dalam khayalan akan dirinya yang hebat. 

Sekarang dia terjaga, dari khayalan yang selama ini ia huni, pons dan formasi reticular akhirnya mengirim sinyal ke pusat otaknya untuk terjaga dari semua mimpi yang telah ia diami selama 19 tahun. Dan ia dapati dirinya telah terkubur dalam tanah basah yang dipenuhi nafsu, amarah, dan keputus asaan.

Ia terseok berjalan sambil sesekali tertawa lebar, menertawakan dirinya yang kini berada pada palung terdalam gelapnya kehidupan. Cerebral Cortexnya sudah tidak berfungsi lagi, tak ayal lagi untuk membedakan mana sisi hewani dan sisi humanisnya. Menatap nanar pada tiap lekukan dimensi yang ia lalui, ada banyak proses hidup yang ia temui, namun saripati dari tiap histori yang ia lakoni tak pernah ia dapatkan. Hampa, iya hampa.

Kembali cermin itu muncul dihadapanya, sedikit retak di bagian tengahnya, masih tersisa sedikit bercak merah yang mulai mengeras di ujung pecahan-pecahan cermin itu. Kembali gelap itu muncul, bayangan dirinya yang kembali menampakkan senyum tipis penuh racun.

"Kenapa kau masih melawan pada amarah mu, nafsu mu, lihatlah dirimu....bahkan binatang pun tak seseok dirimu....itu takdirmu, hidup dalam kebimbangan dan kehampaan...bukankah nasib sudah membuangmu, bahkan dalam buku catatan kehidupan namamu sudah mengabur abu...dan kau masih ingin berjuang ?" bayangan itu terkekeh.

"Kau mungkin benar, asa ku sudah terserut habis.... ragaku sudah tidak berjiwa, di isi kekosongan yang tak terbatas meneggelamkan sebagian besar diriku dalam kubangan yang tak berdasar....aku menyerah....sungguh aku menyerah, ambil aku...hempaskan aku ke Erobos"

"HAHAHAHA.....akhirnya kau menyadari keterbatasan mu melawan gelap, kau tahu, cahaya pun akan mati tertelan bayang hitam, termakan gelap....Raih tangan ku, ku bawa kau ke bara yang tak tertahankan, ke Erobos. untuk bertemu Hades"

Bibirnya bergetar, kembali air matanya mengalir deras..... harapnya hilang. Hitam matanya semakin mengecil, tertinggal putih yang memandang hampa pada tanah yang kini ia pijak.

"Akankah Kharon menaikkanku keatas perahunya walau tak sepeser Obolos pun yang kumiliki saat ini, aku takut jika harus di hempas kedalam Akheron dan berakhir menjadi abu di Flegethon"

"Tak ada penawaran dalam kegelapan, bahkan kau akan tercabik oleh taring Kerberus"

Sesenti lagi tangannya menggapai cermin hitam tersebut, dan ia akan betul-betul menghilang dari kefanaan yang ia alami menuju penyiksaan dimensi lain yang akan melepas jiwanya menuju gelap tak terbatas.

"Selama lentera dalam rusuk kirimu masih menyimpan api kecil walau redup, ia masih bisa menuntun mu menuju hidup yang sebenarnya, hidup yang selama ini kau konotasikan dalam dunia negatif tak beritme,"


Terhenti...gerakannya terhenti, matanya mendelik, bergerak mencari arah suara itu.

Setangkai bunga mawar biru, menyapa dari balik kabut yang memenuhi Asphodel.

"Kau bahkan belum mencoba untuk mengangkat awan hitam dari atas kepalamu, yang senantiasa menutupi aurora dan pelangi untuk menyentuh tiap tetes air mata harapan yang kau jatuhkan"

"Kau belum mati, hanya tertidur.....bangkitlah....pilih jalanmu...betul-betul jalan yang kau inginkan, menuju puncak Olympus....tempat dimana kau akan tahu bahwa hidup begitu berharga untuk kau tinggalkan tanpa bekal mu menuju dunia hades, dan menjadi tangkai kering dalam Tartaros"

Kau belum mati....hanya tertidur.....

2 comments

suci June 8, 2012 at 9:11 AM Delete
keren..keren..keren..
Ainun Najib Alfatih June 8, 2012 at 10:13 AM Delete
makasih suci <3