Janji untuk Thaha

Table of Contents
Langit masih menampakkan biru beku, cicitan burung-burung kecilpun belum bersahutan terdengar. Hanya sisa-sisa hujan semalam yang menyajikan gemericik di atas genteng. Dingin masih membungkus di pukul 3.45 dini hari di kota Bone, salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan. Berbeda dengan pemuda-pemuda lain yang masih tertidur dibalik selimutnya, Fatih sudah sibuk mengepak dan merapikan barang-barangnya untuk di masukkan kedalam ranselnya, subuh ini dia harus pulang ke Makassar.

Adzan subuh telah berkumandang ketika Fatih telah selesai mengepak semua barang bawaannya, ransel hitam lusuh itu tanpak mengembung hampir melewati batas elastisitasnya.

Segera Fatih melangkahkan kakinya ke kamar mandi dan berwhudu, ia ingin bercengkrama dengan Tuhannya sebelum berangkat, ritual dua rakaat. Dipandangi sejenak handphone yang ia letakkan di atas bufet, seraut wajah manis dan mengulam senyum terpampang di layar gadget tersebut.
Selesai sudah ia menengadahkan tangan seusai melakukan ritual dua rakaatnya. Di letakkan tas hitamnya dibahu kecilnya, sudah saatnya berangkat. Motor bebek hitam yang sudah di cuci bersih dan dibuat mengkilap mulai menderu, Fatih tersenyum.

"5 jam dari sekarang, kita akan bertemu" ujarnya dalam hati.

Gerimis kembali membuncah kala ia melajukan motornya, menemani perjalanan pemuda tersebut menuju janjinya kepada sang kekasih. Jalan meliuk dan menanjak menjadi medan yang harus dia lalui, sesekali jurang mengintip di satu sisi jalan dimana tebing menjulang di sisi lainnya.

"terlukis indah raut wajahmu dalam benakku berikanku cinta terindah yang hanya untukku . tertulis indah puisi cinta dalam hatiku . dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku"

Sebuah lagu yang terdengar dibalik headset yang ia kenakan, memenuhi tiap suara dalam telinganya. Ia tidak sadar sedari tadi ada bus yang membunyikan klakson dari belakang. Ia tetap melaju dengan cepat, sebuah tikungan terlihat di depan dengan perlahan ia lambatkan motornya dan membelokkan stir motornya, namun tiba-tiba dari arah depan melaju mobil sedan biru. Dengan kaget Fatih membalik stir motornya dan menghindari sedan tersebut.
 
"Hampir saja" ucapnya membathin.
 
Kembali dia memutar stang stirnya namun tanpa disadarinya bus dibelakangnya melaju mendahuluinya, menyenggol bagian belakang motornya. Dia kehilangan keseimbangan dan melesat menuju pembatas jalan lalu menabraknya.
 
Angin enggan berhembus, melihat sesosok pemuda yang tertatih menghirup udara disela-sela kembang kempis dadanya yang terantuk kerikil. Tertelungkup di bebatuan yang mengiris badannya. Matanya kian gelap, tangannya menjejal kantong celananya mencari-cari gadget kesayangannya. Handphone.

Dipandangi layar Handponenya, kembali terlihat senyum yang terpahat pada gambar cantik yang terlihat di layar. Air matanya mengalir seiring nafasnya yang semakin lama-semakin pelan. Hening.

treet...treett...sebuah pesan terpampang dilayar handphone tersebut, THAHA.

"Sudah dimana sayang? Segera menelpon kalau sudah sampai di Makassar. emm... kayaknya untuk hari ini kita tidak bisa keluar bareng say,  ada acara dirumah. Happy aniversary honey. Love u". 

Pemuda itu tetap diam. Dalam perjalanan menuju janjinya.




Post a Comment