Budaya Literasi dalam Segelas Kopi

Table of Contents
Bersabarlah, segala bentuk kebaikan itu dilingkupi oleh kesulitan, sebaliknya segala rupa keburukan itu diliputi oleh kemudahan. Mudah saja kalian bermalas-malasan, tetapi kesukaran hidup pada masa datang karena kalian enggan berusaha, malas berjuanglah yang akan kalian hadapi. Dan, hanya orang-orang kuat yang sanggup bersabar. Bersabarlah. - Menjadi Guru Inspiratif- A. Fuadi, Dkk.
Sebuah kalimat yang mengawali pagi ku di awal  Februari, awal bulan yang masih menyimpan misteri 28 hari selanjutnya, kalimat yang aku dapatkan dari sebuah buku yang kubaca pagi ini. Membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang kini menjadi salah satu hal penting dalam daftar kegiatan rutin keseharian yang harus kulakukan. 

Tidak seperti pagi-pagi sebelumnya, segelas teh akan menjadi teman setia dalam petualanganku dalam lembaran-lembaran buku yang kubaca. Untuk pagi ini, segelas kecil kopi manis dengan sapuan krimer dan sedikit gula yang akan menjadi temanku.

Semua itu bermula dari kesadaran akan pentingnya dua hal, membaca dan menulis. Membaca sebagai jendela yang membuat kita dapat mengunjungi segala jenis tempat tanpa harus berpindah sedikitpun dari tempat kita berpijak, membuat kita dapat berada pada zaman 1200 SM atau dapat menjelalah masa depan tanpa harus menggunakan mesin waktu. 

Menulis merupakan cara mengeksplorasi diri sendiri dan keadaan-keadaan yang ada disekitar kita, salah satu cara paling mudah untuk membuat dunia kita sendiri, dalam sebuah catatan-catatan yang tertuang dalam sebuah tulisan yang mungkin sederhana tetapi menceritakan sesuatu yang luar biasa.

Budaya Literasi, sebuah budaya yang saat sekarang ini mungkin sedikit tergerus di masyarakat khususnya kaum pelajar di Indonesia (menurut pandangan subjektif penulis) di tengah-tengah peradaban yang justru mengharuskan kita untuk berpacu dalam membangun budaya tersebut. 

Setiap hari, pengetahuan baru diseluruh dunia banyak yang tertuang dalam buku maupun media sosial di Internet. Sains, sastra, humaniora, politik, dan disiplin ilmu lain tiap harinya ter-upgrade, dan jika kita masih tetap jalan ditempat dengan rasa malas membaca dan menulis maka tak diragukan lagi kita akan menjadi masyarakat yang tertinggal, masyarakat kuno dengan pengetahuan yang out of date.

Melalui tulisan ini, saya mengajak kepada teman-teman semua untuk membangun kembali budaya literasi di masyarakat, khususnya dikalangan pelajar yang merupakan bibit  pemimpin yang akan menjadi tulang punggung pembangunan bangsa di masa depan. 

Mari kita buka awal pagi dengan aktifitas membaca, ditemani segelas kecil kopi mungkin, teh, atau apapun yang membuat kita nyaman. Membuka hari dengan penjelajahan dilembar-lembar buku, sebuah kegiatan ringan yang seharusnya menjadi kebiasaan.

Salam Literasi !
Salam Optimisme !


Post a Comment