Gadis Dibalik Tirai Biru

Table of Contents
Bangku dibawah pohon jambu yang tak kunjung berbuah, kembali kusandarkan tubuhku, menatap lurus pada jendela ruangan lantai dua di hadapanku. Melakukan hal aneh yang selalu kulakukan saat duduk dibangku merah ini, menunggu seorang gadis untuk menyikap tirai. Ia takkan pernah sadar bahwa setiap dia membuka tirainya selalu ku tunggu sebuah garis lengkung pada bibirnya, yang membuat wajahnya indah dalam balutan jilbab berwarna cerah.

Hari ini aku kembali duduk dibangku yang sama, menghabiskan menit-menit kosong untuk duduk dan melihat siluet gadis itu berjalan menyusuri ruangan lantai dua itu, sambil sesekali membuang mata untuk membaca buku yang kubawa. Kali ini aku pulang dengan membungkus rindu pada lengkungan bibirnya, ia tak muncul.

Mungkin ia masih sibuk, ia selalu begitu. Fokus pada apa yang ia kerjakan, selalu berusaha melakukan yang terbaik, dan kadang itu yang membuatnya tak sadar ada sosok yang merindukannya. Namun tak apa, aku akan selalu duduk dibangku yang sama untuk menunggu dan menyaksikan tirai tersebut tersikap dan memperlihatkan kembali senyum yang masih terbungkus rapi.

Dulu kami pernah bersama dalam sebuah ikatan, sekarang tidak lagi. Ia ada pada jalannya, aku ada pada jalanku. Meski berbeda jalan, tapi sudah ada janji yang menuntun kami untuk bertemu dipenghujung jalan, sembari membawa semua hal yang kami lewati dalam jalan kami masing-masing. Biarkan ia tetap pada jalannya, terbungkus rapi dalam etalase hati yang selalu rindu pada perubahan. Dan aku akan belajar menjaga hati untuk kembali membungkus setiap waktu yang telah terlewat.

Dia masih seperti gadis dibalik tirai yang ku kenal, walaupun sudah tidak secentil yang dulu, mungkin ia menyimpannya untuk diberikan kepadaku suatu saat nanti pada saat yang tepat dan benar. Dimana tak ada lagi sekat dan batasan. Cukuplah secangkir teh dan pembicaraan ringan yang menjadi penghubung. Tak perlu ada prasangka, cukup percaya, cukup menyayangi dalam doa, cukup mencintai dalam kesederhanaan. Sampai saatnya tiba untuk saling melepas bingkai yang menjadi batas.

Untukmu yang selalu menginspirasi dalam diam.


Post a Comment