Lolipop dan sepotong coklat

Table of Contents
Aku baru saja duduk di sofa kumal ruang tamu, mengatur nafas yang terpompa cepat dari jantung karena tergesa-gesa, tergopoh berlarian menghindari hujan walaupun pada akhirnya basah tak dapat kuhindari. 

Sejenak kupejamkan mata dan berusaha mengatur irama pompa jantungku yang masih memburu melebihi detik jam yang seharusnya. Hujan semakin memburu, untungnya aku sudah diruangan ini, duduk dan berusaha mengeringkan bulir-bulir hujan yang masih tersisa di rambut dan mukaku.

Ditengah kesibukanku menghirup oksigen untuk menenangkan pompa jatungku, kau datang dan duduk disampingku menawarkan sebuah gula-gula yang masih terbungkus, lolipop. Aku tersenyum, dengan gerakan memiringkan kepala dan intonasi suara yang dibuat-buat sedimikian rupa kau hadir dalam sosok manjamu, paling tidak itu yang terlihat di mataku.

"Ini, lolipop...mau?"

"eh?"

"tidak suka?"

"suka"

"hehehe, just take it"

Kau selalu bercanda dengan cara yang lucu, menggemaskan aku bilang. Dengan bahasa inggris fasihmu kau kadang menggangguku dengan potongan kalimat-kalimat ala drama sinetron. Ku balas dengan bahasa inggrisku yang dipaksa fasih. hehehe.

"don't go !"

"You're all talk, no proof."

"no, you don't understand"

"Hey, it's not about what you say to me; it's about backing up your words with actions, not just empty talk."

Dan kau pun tertawa. Kita, semua yang ada diruangan ini.

Kau selalu seperti itu, bukan hanya kepada ku, kepada semua orang yang ada disini. Mampu membuat suasana yang kaku menjadi cair. Aku menyebutmu "sepotong coklat", alasannya ? hehehe, biarkan itu menjadi rahasiaku. Mungkin kau lupa, kau pernah bercerita kepadaku tentang seseorang yang kau tuliskan disetiap postingan blogmu, di setiap susun kata yang kau tujukan untuknya, kau pernah menceritakannya kepada ku. Aku mendengarkan. 

Kau masih ingat ? Waktu itu kau menyebutkan namanya, dia orang yang kukenal. Tapi kau tak mau untuk mengungkapkannya, kau masih takut. Lebih baik seperti itu mungkin, biarkan dia menjadi sosok fiktif dalam ceritamu, tak perlu ia menjadi nyata dalam kehidupanmu. Karena ketika kau menginkannya di dunia nyata, mungkin kau akan berbenturan dengan rasa sakit. semoga tidak.

Sampai sekarang bahkan aku belum tahu pasti apakah dia masih orang yang sama, sosok yang membuatmu menulis paragraf-paragraf yang berisikan semua perasaanmu. Semoga kau menemukan sosok fiktif yang lainnya, sosok fiktif yang dapat kau ciptakan di alam nyata, yang duduk disampingmu dan mampu membuat mu mengganti tiap tulisan di blog mu menjadi sebuah tulisan yang lebih cerah dan berwarna.


Post a Comment