Perjalanan yang belum tertuliskan (Flashback) #1
Table of Contents
"Manusia adalah mesin waktu, yang dapat kembali ke masa lampau melalui kenangan dan sanggup kemasa depan melalui mimpi"- Mengutip
Suasana di Bus |
Berikut ini adalah perjalan yang pada tahun 2012 lalu belum sempat saya tuliskan. Pada tanggal 19 Desember 2012 saya di tawari untuk ikut membimbing ekskul Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di SMA 1 Mappadeceng, Masamba, Luwu Utara. Pada saat itu saya langsung mengiyakan untuk ikut, dengan alasan, pertama saya belum pernah menginjakkan kaki di tanah Luwu Utara, dikenal juga dengan sebutan Bumi Sawerigading, yang merupakan tempat dimana legenda I Lagaligo berasal, kedua, Traveling bersama teman-teman adalah hal baru yang masuk dalam daftar kesenangan ku di akhir tahun 2012.
Saya dan ketiga saudara seperguruan-heheh- Ibe, waddah dan kak maruf berangkat dengan bus malam pada tanggal 20 Desember 2012 menuju tanah sawerigading, perjalanan 10 jam yang sangat panjang terasa menyenangkan. Di mulai dari ajang tawar-menawar bus, makan malam di atas bus, sampai pada candaan-candaan mitos sebelum memasuki tanah Luwu.
"Orang yang baru pertama kali ke tanah Luwu, harus meludah keatas langit sebelum memasuki perbatasan, kalau tidak akan terjadi hal yang tidak di inginkan" ujar kak Maruf.
I don't believe it.hehehe
Tanah Luwu |
Welcome to tanah Luwu
Setibanya kami di Mappadeceng kami langsung menuju SMA 1 Mappadeceng untuk bertemu dengan guru yang mengundang kami, setelah bertemu kami lalu di arahkan untuk membawa barang bawaan kami di penginapan yang disediakan buat kami-Puskesmas Pembantu- yang kebetulah berseblahan dengan sekolah tersebut. Pada pagi itu juga kami langsung bersiap-siap untuk menghadiri pembukaan kegiatan pelatihan karya tulis ilmiah yang diadakan oleh sekolah tersebut. Lelah tak menjadi penghalang, untungnya kami masih sempat mandi sebelum mengikuti acara pembukaan.hehehe.
Agak mengagetkan sewaktu kami memasuki ruang kelas yang disiapkan untuk pembukaan, peserta yang pada pemberitahuan awal berjumlah 30 orang lebih ternyata hanya berjumlah sekitar 20 orang. Tapi tak apa, itu membuat kita akan lebih fokus nantinya dalam pembimbingan. Pembukaan berlangsung baik dan lancar, wakil kepala sekolah menyambut kami dengan sangat baik, memberikan arahan serta motivasi bagi para siswa yang ikut dalam pelatihan tersebut.
Setelah acara pembuakan selesai kami kemudian menjelaskan kepada peserta terkait dengan apa-apa saja yang akan mereka lakukan selama 3 hari pelatihan. Kegiatan pelatihan yang awalnya kami rancang hanya berlangsung pada pagi-sore hari harus dirombak karena permintaan guru-guru untuk bisa membimbing mereka sampai malam hari agar pelatihannya dapat berlangsung secara maksimal. Dari awal kami berinteraksi dengan adek peserta KIR, kami melihat semangat belajar yang membuat kami ikut terpompa dalam menyalurkan pengetahuan yang kami miliki.
Pembelajaran yang menyenangkan adalah konsep yang kami terapkan dalam pelatihan ini, ini membuat interaksi kami dengan peserta menjadi sangat dekat. Materi yang kami berikan tidak berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas, sambil berbagi cerita dan bertukar pendapat.
Pasang gaya |
Masih sempat |
Belajar malam |
Indonesia Mini
Satu hal yang kemudian membuat saya merasa kagum dengan desa ini. keberagaman mereka, berbagai suku, berbagai agama dan berbagai latar belakang ada disini, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Sunda, Katolik, Hindu Islam berbaur dalam satu roda masyarakat, bisa dikatakan bahwa desa ini adalah Indonesia Mini. Hal ini dapat terjadi karena daerah Luwu merupakan salah satu daerah transmigrasi, sehingga banyak penduduk yang berasal dari daerah lain, namun perbedaan yang ada tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk saling berinteraksi bahkan dari perbedaan tersebut mereka dapat membangun sebuah harmonisasi yang apik dalam tatanan masyarakat mereka.
Berburu Raja Buah
Waktu senggang akhirnya tiba, sore itu ketika seluruh materi telah selesai kami kemudian memutuskan untuk pergi kerumah salah seorang guru di sekolah tersebut yang juga merupakan senior kami di lembaga untuk menyantap buah yang dijuluki sebagai The King of Fruit "Durian". Perjalanan yang kami tempuh sekitar 30 menit, waktu yang singkat untuk sebuah kenikmatan yang menjemput di ujung lidah pada saat kami sampai. Alhasil, dari sekitar 20 buah yang disediakan kami berhasil menghabiskan sekitar 15 buah. hehehe. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama tinggal untuk menikmati lebih lama durian tersebut, karena kami harus kembali ke penginapan untuk kembali membimbing peserta KIR.
Hari Terakhir
Tak terasa waktu yang kami lewatkan sudah tiga hari, kami akhirnya harus pulang kembali ke Makassar. Ternyata kebersamaan yang singkat sanggup membuat adek peserta KIR meneteskan air mata saat penutupan, selalu ada kenangan yang akan terukir dalam setiap pertemuan. Setelah penutupan dan pamit dengan peserta KIR kami akhirnya meninggalkan sekolah menuju rumah Kak Maruf, disana kami disambut dengan makanan khas pinggir laut, udang, kerang, ikan bakar, dan tidak ketinggalan makanan khas Luwu, kapurung. emm... serasa makan di restoran berbintang, dan gratis. hehehe. setelah puas makan kami kemudian berkeliling kampung menggunakan sepeda, yang kemudian kami lanjutkan dengan acara naik perahu yang dikemudikan oleh kak Maruf. Pengalaman yang fantastis.
Perjalanan yang tak terlupakan !
cerita lain
Mitos ?
Pada saat menikmati santapan khas pinggir laut, saya mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan, tersedak tulang ikan, kenikmatan makan akhir terputus disitu. kejadian tersebut mengakibatkan semua makanan yang telah saya makan kembali saya muntahkan. beberapa saat setelah itu Waddah juga mengalami kejadian yang tidak mengenakkan, menginjak bara obat nyamuk.
Sesaat setelah itu kak maruf berujar
"Apa ku bilang, kalian tidak meludah ke langit kan ? nah ini buktinya"
really ?
Post a Comment