Aku Benci Bintang

Table of Contents
Ia itu simbol masa lalu, yang sudah lama hilang. Namun tetap menyimpan cahayanya dilangit, untuk tiap malamnya dilihat tanpa orang banyak tahu kalau sebenarnya ia sudah lama mati, Bintang.
Hujan sudah beberapa hari beristirahat untuk mengguyur bumi, memberikan sedikit waktu bagi langit untuk berpose menampakkan keindahannya. Seperti malam ini, langit memberikan keindahan terbaiknya, biru gelap bercampur awan yang sedikir kelabu karena temaram malam menjadi sangat menenangkan untuk dipandang. 

Bulan yang masih tampak setengahnya mengambil posisi kedua sebagai primadona dalam panggung malam.  Ada juga titik-titik sinar berkerlap-kerlip yang bertaburan seperti gula yang tertumpah diatas lantai rumahku, ialah bintang, yang melengkapi keindahan panggung malam. 

Sungguh ini malam yang indah.

"Aku sangat menyukainya, taburan permata malam yang menghias singgasana langit, selalu mampu menghipnotis mataku dengan keindahannya, sungguh bintang-bintang yang indah."

"Aku benci bintang !"

"Kenapa ?"

"Ia simbol kebohongan, keindahan yang penuh kebohongan."

"Kenapa kau mengatakan ia simbol kebohongan, ia simbol keindahan, penghias malam."

"Kau tahu, bintang yang kau lihat malam ini, dilangit sana, ia sudah lama mati beratus tahun yang lalu, musnah, ia tak pernah ada saat kita memandangnya, ia sebenarnya sudah tidak ada."

"Tapi..."

"Ia simbol masa lalu yang memaksakan diri untuk tetap hadir dan membayangi masa depan, ia ada karena permainan waktu."

"Tidak, ia bukan simbol kebohongan, justru ia adalah simbol keteguhan, dalam perjalanannya ia sekarat dan mati, namun tetap bisa membagi keindahannya dalam waktu yang lama, beratus tahun cahayanya tetap bisa menjadi penghias malam, membuat langit semarak dan menjauhkan langit jauh dari rasa sepi."

"Ia palsu."

"Tidak, ia tidak palsu. Ia nyata, dalam ruang waktu dan masa yang berbeda dari kita."

"Tetap saja, bagiku ia simbol kebohongan. Aku benci bintang."



Post a Comment