Monday, February 18, 2013

Apa kau yakin ?

"Seperti apa wujudnya ? Perasaan yang selama ini kau percaya ada, apa kau bisa melihatnya ?". Ia bertanya kepadaku, sosok imaji dalam kepalaku.
Sepertinya hari ini akan aku habiskan didalam ruangan 3x3 meter ini, mengakrabkan diri dengan sosok imaji yang senantiasa datang menghampiri disetiap kekalutan yang kualami, dulu ia hanya datang sesekali, sangat jarang ia mengunjungiku, sekarang aku bahkan tak mampu lagi membedakan, ia nyata ataukah aku yang ilusi. Ia layaknya bayangan yang selalu mengikuti dalam langkah yang kupijak, Ia tak nyata, namun ada. Entah aku harus menyebutnya apa.

"Kau masih bertahan ?"

Aku diam mendengarkan pertanyaan yang tiba-tiba muncul. Kuhirup kopi yang mulai dingin dalam gelas plastikku.

"Entahlah..." jawabku singkat.

"Kau terlalu naif, bodoh mungkin." ujarnya.

"Mungkin..." balasku.

"Apa yang kau harapkan ? bertahan ? setiap hari berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja ? bahwa kau tidak merasa sakit ? senyummu, palsu. Ia hanya memoles luka yang muncul berhari-hari bahkan berbulan-bulan lalu."

"Aku cuma belum terbiasa, ia aku belum terbiasa."

"Kalian sudah berbeda, tidak sepikiran lagi. Cara kalian memandang kebaikan sangatlah berbeda, kau terlalu naif !"

"Mungkin..." ucapku lirih.

"Sampai kapan kau akan menutup hati ? atau paling tidak membiarkan dirimu sendiri merasakan bahagia." lanjutnya.

"Aku bahagia."

"Hahahaha. sangat lucu ! Aku tak mungkin ada jika kau memang sudah bahagia, kau munafik. Jangan memaksakan apa yang tidak bisa kau wujudkan, cukupkan sampai disini, berhenti. Berhenti berharap. Buka dirimu pada kebahagiaan yang ingin singgah."

"Tidak, aku tidak bisa."

"Kau cuma tidak mau mencoba."

"Bukan itu, Apa kau mengerti arti mencintai ?"

"Hahahaha, kau bertanya itu padaku ? hahaha."

"Kurasa kau tidak tahu. Aku cuma harus bersabar lebih lama, aku hanya butuh waktu untuk menyesuaikan diri."

"Ya, kau hanya butuh waktu lebih lama untuk sakit, hahahaha.Kau tidak mengerti !"

"Aku sangat mengerti dengan apa yang kulakukan. sangat mengerti"

"Kau sangat takut, bukannya mengerti. Aku hanya menasehatimu, berhentilah sebelum terlalu jauh."

"Terima kasih nasehatmu, tapi aku masih ingin disini, dalam kotakku. dalam keabu-abuan."

"Sampai kapan ?"

Aku diam dan tersenyum kearahnya tanpa berkata ataupun menjawab pertanyaannya. Bayang itu pergi, kembali tidur dalam kepalaku. Mencari ruang yang sepi untuk menyandarkan kepalanya. Kupikir ia kesal dengan diamku.

"Sampai kapan ? Entahlah Aku tak tahu." jawabku pelan.

ooo
Share:

0 komentar: