S P A S I

Table of Contents
Sendiri. Terkadang satu kata ini menjadi sebuah solusi yang tepat dalam beberapa permasalahan yang terjadi.

Sepertinya aku butuh ruang untuk sendiri, ruang untuk menyandarkan jenuh yang tiba-tiba menyergap ditengah rutinitas fisik dan pikiran yang tak habisnya mengantri menunggu giliran. Kadang kala kejenuhan datang membludak tanpa bisa kita kendalikan, perasaan lebam untuk melakukan aktifitas menjadi sangat besar dan susah untuk dikendalikan. Zona nyaman selalu memiliki gravitasi yang sangat besar untuk menarik kita kedalam lingkarannya, membuai kita dengan kemalasan yang melenakan. Membuat kita enggan untuk melakukan apa-apa, enggan untuk memulai sebuah pembicaraan, bahkan enggan untuk berinteraksi dengan hiruk pikuk.

Sudah 6 jam berlalu, dan tak juga kutinggalkan tempatku. Bersantai didepan laptop dan menghabiskan waktu dengan menonton, iya, 6 jam sudah berlalu dengan kondisi konstan, tak ada kegiatan. Ada banyak list kegiatan yang sudah tersusun dibuku kerja kecil yang khusus ku beli pada bulan November lalu, berisi kegiatan-kegiatan yang telah-dan akan-kulaksanakan. Dan seperti hari-hari sebelumnya pada hari ini beberapa list kegiatan juga telah tersusun. Namun, kembali lagi gravitasi zona nyaman membuatku tak berkutik, diam dan masih memandang layar laptop. Lebam, keinginan untuk beraktifitas masih kalah dengan daya Tarik zona nyaman.

Banyak yang bilang ini adalah ciri-ciri kemalasan, ketidak mampuan melawan rasa nyaman untuk beraktifitas.

Iya, sebuah kemalasan.

Tapi, bolehkah saya sedikit berkilah ? Menurutku, ini bukanlah sebuah bentuk kemalasan, bagiku ini adalah S P A S I.

“Ada saat kita butuh spasi..bukan untuk menjauh tetapi memberikan sedikit ruang kepada diri sendiri untuk bercakap dengan bayangannya. Merenungkan hal-hal apa yang telah terjadi sebagai pondasi untuk melakukan perencanaan yang lebih baik, dari sebelumnya.”
***

Post a Comment