Aku Juga Memilih Diam
Table of Contents
Diam tak akan pernah memberikan kesempatan kepada kata maaf untuk melakukan apa yang seharusnya menjadi tugas ia diciptakan.
Ada saat dimana
sebuah kesalahan menjadi hal yang sangat menakutkan, disaat segala sesuatu yang
baik menjadi sangat berantakan, saat kedekatan menjadi hal berbeda dalam
hitungan detik. Saat dimana kata maaf tak dapat memperbaiki semua hal yang
sudah terjadi.
Sore ini
kubiarkan kau bungkam dengan semua rasa kesal yang mungkin masih kau simpan,
kubiarkan semua perasaan itu mengendap dan hilang termakan waktu, entah sampai
kapan, aku tak tahu. Yang kutahu sekarang, tak ada lagi percakapan seperti
dulu, entah itu akan seperti dulu lagi, aku juga tidak tahu. Tapi baik kau
maupun aku, kini menyimpan sebuah bekas yang mungkin akan susah untuk kembali
utuh.
Aku sudah
mencoba menjalin kembali apa yang telah kupatahkan, namun diam masih menjadi
pilihanmu dalam menanggapi tiap kata maaf yang kuucapkan. Sekarang aku minta
maaf karena tidak begitu pandai dalam meminta maaf.
Setidaknya, kalimat itu
sudah mewakili perasaan bersalah atas apa yang telah kulakukan. Dan mungkin
mulai sekarang aku juga akan memilih diam, memberi kesempatan kepada waktu untuk membuat semuanya
kembali samar, seperti dulu, saat semuanya belum dimulai.
Akan kusimpan
semua kalimat terakhir yang kususun untuk meminta maaf padamu, karena kutahu
diam tidak akan pernah bisa menjelaskan apakah kalimat itu berguna atau tidak. Diam
tak akan pernah memberikan kesempatan kepada kata maaf untuk melakukan apa yang
seharusnya menjadi tugas ia diciptakan.
Iya, aku juga
akan memilih untuk diam.