September Syndrome

Table of Contents
Aku sudah lupa kapan terakhir kali kalimat-kalimat basa basi dan kaku keluar dari bibirku, kalimat dingin yang tak pernah berhasil membangun suasana yang hangat, kau tahu aku memang kurang pandai dalam mengalur dan mengulur sebuah cerita
Kubiarkan ilalang dan hembus angin di padang luas ini merangkul semua tanya yang mengalir diujung lidahku, kubiarkan mereka menyimpannya bersama tanah kering setengah retak dibulan September. Beberapa pertanyaan yang akan sulit untuk kutemukan jawabannya, pertanyaan yang jawabannya tersimpan dan tersembunyi dibalik senyum yang senantiasa kau berikan disaat aku memperlihatkan pertanyaan itu kepadamu. 

Sepertinya pertanyaan itu akan menjadi rahasia kita bertiga, aku, ilalang dan hembus angin di padang tanah kering setengah retak. Aku berusaha mengikuti jejak mu dipasir yang kau pijak pergi, katamu jika aku ingin sebuah jawaban aku tinggal mengikuti jejak itu, sudah sekian lama ku ikuti jejak itu mencoba percaya dan mengerti tentang makna yang tertinggal bersama semua jejakmu, namun klimaks makna yang kuharap ada tak kunjung datang. 

Sejalan dengan itu angin di tanah kering setengah retak bertiup dan membuat semua jejak menjadi samar dan lambat laun menghilang. 

September, cerita tetang kemarau dan angin kering yang menyapa hati dalam rusuk. Kau berjalan semakin jauh menuju sebuah rumah kecil dengan pintu kecil tanpa jendela, kau masuk dan menguncinya, menyuruhku menunggu di teras sampai waktu yang tak pernah jelas kau sebutkan, kau menutupnya untuk membatasiku mengenalmu lebih jauh. 

Namun kulihat sisi belakang terbuka dan orang-orang dari sudut lain rumah dapat melihat bahkan bercengkrama denganmu, aku hanya diam dan duduk menunggu kesempatan seperti itu juga datang kepadaku. Karena aku sudah lupa kapan terakhir kita bercengkrama bersama. 

Aku sudah lupa kapan terakhir kali kalimat-kalimat basa basi dan kaku keluar dari bibirku, kalimat dingin yang tak pernah berhasil membangun suasana yang hangat, kau tahu aku memang kurang pandai dalam mengalur dan mengulur sebuah cerita. Padahal aku ingin merajut senyummu melalui ceritaku.

Dingin menembus kulitku, membangunkanku dari mimpi abstrak yang tak punya awal, klimaks bahkan akhir. Mimpi yang gantung tanpa alur yang jelas. Jelas cerita ini memang tidak jelas, cerita dari mimpi yang juga sama sekali tidak jelas. Ini mungkin sebuah syndrome, yang aku juga tak tahu apa. Panggil saja September Syndrome.



Post a Comment