Bertemu Mereka #1 Sendal Jepit & Eceng Gondok

Table of Contents
Permulaan dan Sendal Jepit
Kegiatan pembimbingan Kelompok Ilmiah Remaja di salah satu sekolah di Makassar kembali menjadi rutinitas mingguan yang harus saya jalani. Kali ini saya akan menceritakan tentang salah satu tim yang saya bimbing, tim yang berisikan tiga bocah dengan karakter yang berbeda, vega (DJ) sosok jutek dan selalu menunjukkan pemikiran yang berlawanan dengan apa yang saya pikirkan, kritis, kalau saya bahasakan sedikit sentimen dengan apa yang selalu saya sampaikan, dan juga sebagai biang bully. Rigel (FN) bocah cerdas dan penurut, walaupun kadang-kadang juga ikut dengan vega untuk mem-bully ketika saya serius menjelaskan, dan yang paling penting Rigel ini ratunya galau. Sirius (SA) sosok bocah yang satu ini juga memiliki karakter yang kontras dari kedua temannya, suka fotografi, agak tomboy, nah kalau tertawa suka lupa mengontrol volume suaranya. Tiga bocah inilah yang kemudian menjadi pemain dalam agenda tiap mingguan yang saya jalankan.

Menjadi pembimbing mereka salah satu modal yang harus dimiliki adalah k.e.s.a.b.a.r.a.n. Ulah dan sikap mereka yang semaunya kadangkala membuat saya kehabisan akal bagaimana harus mengatasinya, apalagi disaat saya sedang serius menjelaskan dan kemudian mereka memulai ritual bully yang merupakan hal paling mereka sukai. Terkadang hal tersebut berubah menjadi kegiatan yang sangat menjengkelkan, awalnya saya hanya diam dan memperhatikan. Namun lama kelamaan saya akhirnya bisa mengikuti dan menyatukan ritme dengan mereka, memahami bagaimana cara berpikir mereka dan berusaha menyesuakan diri. Tapi diluar semua ulah mereka, mereka sebenarnya selalu respect, kompak dan total dalam mengerjakan sesuatu. 

Dengan tingkah semaunya mereka, pernah satu kali saya harus rela berjalan di pusat perbelanjaan, di bioskop, di warung makan hanya menggunakan sendal jepit. Dan yang mereka lakukan hanya tertawa dan mulai mengatakan bahwa lain kali mereka akan mengikuti hal yang sama dengan saya, memakai sendal jepit kemana-mana. Dan dengan entengnya mereka kemudian menamakan kelompok mereka dengan nama SendPict plesetan dari singkatan sendal jepit. 

Eceng Gondok
Salah satu kegiatan yang berkesan adalah kegiatan mengumpulkan bahan baku dalam pembuatan karya tulis mereka, salah satunya eceng gondok. Setelah memberikan mereka petunjuk dan instruksi saya kemudian melepas mereka unuk mencari bahan dan alat yang diperlukan dalam pembuatan produk karya tulis mereka, setelah beberapa menit mereka pergi sebuah panggilan masuk ke handphoneku dan pemanggilnya adalah mereka, dengan nada memelas mereka menyuruhku untuk menyusul ke tempat pegambilan eceng gondok. Saya mengiyakan karena berpikir mungkin eceng gondoknya susah untuk diambil, mungkin jauh dari bibir bendungan. Namun sekali lagi ulah semaunya mereka, sesampainya disana mereka tertawa, saya kemudian melihat eceng gondok tersebut sangat mudah dipetik dan dicapai dari pinggir bendungan. Sekali lagi saya merasa dikerjai.
Eceng Gondok


Setelah bekerja keras, akhirnya karya mereka selesai setelah dua minggu lebih berkutat dengan laptop, kertas, dan eceng gondok. Dan hasilnya memuaskan, karya mereka bisa lolos di 15 besar dan berhak ikut untuk mempresentasikan karya mereka di depan juri.  Bahkan mereka berhasil meraih juara tiga pada lomba tersebut.

Disini saya mendapat pengalaman nyata bagaimana menjadi seorang pembimbing. Menjaga kedekatan dan mampu menyesuaikan diri dengan mereka, membimbing dengan cara yang mereka sukai, tidak memerintah dari atas namun memberitahukan dengan sejajar tanpa melupakan ketegasan dalam memutuskan sesuatu adalah hal mudah untuk mereka terima sehingga mereka nyaman untuk dibimbing .

Best Regard, untuk kalian bocah-bocah.

Penerimaan piala juara III

Foto bersama Vega, Sirius, dan Rigel




Post a Comment