Gadis kecil dan balon merahnya

Table of Contents
Di puncak kebosanannya, gadis kecil itu mengambil pensil kecil dari balik saku bajunya. Lalu tanpa pikir panjang menusuk balon tersebut hingga meletus.

Kali ini, di pertengahan Juli, aku memperhatikan seorang gadis kecil dengan balon di tangannya. Ia sedang bahagia, aku melihat itu dari derai senyum, dan gelak tawa yang sesekali membuncah dari bibir kecilnya. Sepertinya, balon merah yang ia genggam mampu membuatnya tersenyum dan tertawa begitu lepas. Ia berlari sambil menarik-ulur benang yang mengikat balon itu. Hampir satu jam gadis kecil itu bermain dengan balonnya, mengelilingi taman, lalu kembali duduk.

Dua jam berlalu, gadis kecil itu mulai terlihat bosan. Ia menggelindingkan balonnya direrumputan, menendangnya, mebiarkan angin membawanya kesana kemari, lalu mengerjarnya kembali. Di puncak kebosanannya, gadis kecil itu mengambil pensil kecil dari balik saku bajunya. Lalu tanpa pikir panjang menusuk balon tersebut hingga meletus. Hening. Lalu beberapa detik kemudian gadis kecil itu mulai menangis sekeras-kerasnya. 

Aku mendekatinya, mulai membujuknya untuk diam. Namun tak juga tangisnya mereda. Aku sempat kebingungan, lalu berkata padanya untuk membelikannya balon yang baru. ketika aku akan beranjak, gadis kecil itu menarik lengan bajuku, lalu berkata "Balonnya tak lagi sama" lalu kembali menangis. 

"Kalau kamu tahu balonnya tak akan lagi sama, kenapa kau menusuknya ?" tanyaku.

Ia hanya menangis, lalu kembali pulang kerumahnya.

Aku memandanginya menghilang dari balik pintu rumahnya.

"Apa memang sudah jadi suratan, hal yang sudah dihancurkan diakhiri dengan tangis dan kalimat penyesalan. Jika seperti itu hidup memang mudah. Dan apa yang akan kau lakukan gadis kecil ? menangis dan membiarkan pecahan balon itu teronggok dan dibersihkan oleh wanita tua pembersih taman ? atau berusaha menyatukannya kembali, walaupun aku yakin, balonnya tetap tak lagi akan sama." ucapku lirih sembari memandang jendela rumah gadis kecil itu, ia sudah tertawa kembali dengan balon barunya.

Aku berbalik pergi.


Post a Comment