Sebuah Buku

Table of Contents
Tak pernah bisa ku tinggalkan buku itu lama, hatiku selalu terpaut untuk membacanya atau sekedar memperhatikan sampulnya berulang kali.

Tepat dipertengahan Juli, sekarang aku memperhatikan buku dengan gambar mawar biru dihalaman sampulnya. Aku sangat senang dengan buku tersebut, bukan hanya karena sampulnya yang cantik, tapi juga karena keindahannya, dengan tiap-tiap kalimat yang rapi dan terjalin indah. Sudah tiga tahun semenjak aku membaca buku itu, berulang-ulang, sangat sering, setiap harinya. 

Namun, setiap goresan yang tersusun didalamnya membuatku semakin bingung ketika mulai memahaminya satu persatu kata, satu per satu kalimat, sampai pada satu per satu paragraf. Aku merasakan keindahannya, namun tak memahaminya. Apakah keindahan bisa sebegitu rumitnya ?

Tak pernah bisa ku tinggalkan buku itu lama, hatiku selalu terpaut untuk membacanya atau sekedar memperhatikan sampulnya berulang kali. Namun, disuatu sore buku itu tak kutemukan dimanapun di setiap sudut ruangan tempatku selalu menyimpannya. 

Aku bingung, mencari dan tak pernah kutemukan. Aku berusaha menahan gelisah didadaku, dan tetap mencari buku itu disetiap sudut ruangan, ditempat tergelap, disetiap sisi tanpa ada celah yang tersisa dalam pencarianku.

Nihil. Aku tak menemukannya. 

"Keindahan yang belum sepenuhnya kupahami, hilang dan tak lagi kutemukan. Aku hanya butuh lebih banyak waktu, butuh lebih banyak kesempatan untuk membacanya lebih sering dari sebelum-sebelumnya. Andai buku itu punya telinga untuk mendengar, aku akan berbisik padanya di hari-hari sebelumnya, jangan pernah pergi, sebelum atau sesudah aku memahami keindahanmu."

Untuk buku terindah.


Post a Comment