Gladiol

Table of Contents
Sebuah alunan musik yang entah apa judulnya mengalun pelan diruang kecil dengan dinding yang dicat kuning, Delphinium memulai rutinitas paginya. Teh hangat sudah ia siapkan di atas meja dengan cermin lebar didepannya  yang jika ia melempar pandangannya kesana, akan dilihatnya Gladiol yang masih nyenyak dalam balutan selimut. Tak lupa ia menyiapkan sepotong kue manis di piring putih kecil dengan hiasan bunga merah dipinggirannya. Ia tak ingin membangunkan Gladiol sebelum semuanya siap, walaupun teh manis dan sepotong kue sudah ia letakkan, namun ia merasa belum menyulam senyum terbaiknya. Delphinium kemudian masuk kekamar mandi dan membasuh bersih wajahnya, sekali, dua kali, berulang kali, hal yang sebenarnya sia-sia namun bisa sedikit demi sedikit membesarkan kepercayaan dirinya. Ia tersenyum. Pada dirinya sendiri.

Gladiol masih mengatupkan matanya, samar-samar ia mendengar kesibukan didalam kamar kecil yang bersuhu 23 derajat celcius, suhu kamar yang sangat disukai Delphinium, walau ia sendiri harus memakai selimut untuk mengusir dingin yang ia tidak familiar dengannya. Ia masih engga membuka mata sebelum Delphinium memanggilnya lembut agar membuka mata. Ia tahu rutinitas pagi yang dilakukan oleh pasangannya. Aroma sepotong kue manis sudah tercium dari tempatnya tertidur, dan ia yakin bahwa kue tersebut sudah ada di atas meja dengan cermin besar yang disediakan diatas piring putih kecil dengan hiasan bungan merah dipinggirannya. Diikuti dengan aroma pekat teh yang menggoda hidungnya, teh yang diseduh dengan satu sendok gula dan dibiarkan dalam wadah tertutup selama belasan menit. Gladiol sangat menyukai pekat dan manis yang bercampur dalam gelas bening itu.

Pintu kamar mandi terbuka, Delphinium mendekati Gladiol dan menyentuhnya lembut, 

"Saatnya bangun..."

Diikuti senyum yang merekah, ini merupakan pagi indah lainnya untuk Gladiol.


Post a Comment