Keberagaman dan Toleransi

Table of Contents


Pagi ini hujan begitu deras, Basineng. Aku enggan untuk beranjak dari tempatku terduduk sejak pukul 6 pagi tadi, sembari membaca novel yang kubeli tempo hari. Judulnya Muhammad, Lelaki penggenggam Hujan, buku pertama dari tetralogi yang di tulis oleh Tasaro GK.

Salah satu hal unik didalam buku ini, dari beberapa bab pertama yang kubaca, adalah percakapan jarak jauh yang dilakukan oleh Kashva, seorang pendeta dari kuil Sistan, Persia, dengan El seorang penunggu perpustakaan dibiara Busra, Suriah. Mereka bercengkrama melalui pucuk-pucuk surat. Kashva adalah pendeta yang mensakralkan ayat-ayat Zend Avesta dan Dasatir, sedangkan El adalah penganut kristen yang sangat suka membahas agama-agama dunia dan filsafat.

Dari segi keyakinan, mereka sudah kontras berbeda. Namun melihat bagaimana mereka berdiskusi dengan perbedaan keyakinan dan cara pandang tanpa sedikitpun menyakiti perasaan satu sama lain membuatku kembali berpikir tentang kehidupan harmonis tanpa sekar di dunia yang penuh dengan perbedaan dan keunikan.

Aku membahas ini karena tempo hari kau pernah berkata kepadaku bahwa umat manusia sedang berada pada titik terendah mereka dalam mengolah rasa toleransi. Sebuah kemerosotan yang banyak menimbulkan perpecahan.

Basineng, aku percaya kalau sosok seperti Kashva dan El tidak hanya terwujud dalam rangkaian buku fiksi, tapi juga di dunia nyata. Cuma mungkin, jumlah orang-orang yang memiliki gambaran yang bertolak belakang dengan mereka berdua jumlahnya lebih banyak. Bukannya tidak ada.
Basineng, sepertinya kau harus membaca buku ini.


Post a Comment