Analogi Syukur

Table of Contents

Basineng, jangan mematok terlalu tinggi nilai kebahagiaan. Bahagia itu beragam, menjadi sedikit ketikau kau mengambil terlalu banyak, sebaliknya, menjadi tak terkira ketika kau mensyukuri yang sedikit. Bukankah kau pernah bilang bahwa kau ingin bahagia dan membahagiakan, mulailah dari yang kecil dan sederhana, mulailah dengan bersyukur dengan apa yang kau punya.

Basineng, aku tahu kau punya banyak keinginan yang satu persatu begitu antusias ingin kau wujudkan, namun jangan sampai kau terlena dalam perjalanan, bahwa hakikat yang ingin kau raih adalai nilai-nilai kebahagiaan itu sendiri, bukan materi dari kebahagiaan yang sedikit banyaknya mengaburkan persepsi kita tentang kadar kebahagiaan yang sesungguhnya.

Aku pernah melihat anak kecil yang bermain dengan rumput dan ilalang, matanya memancarkan rasa senang yang tak terkira, bibirnya tak henti-hentinya mengukir senyum bahagia, di antara rerumput, bukan gemilang mewah mainan mahal yang modern dan kekinian. 

Di saat yang lain aku melihat seorang anak yang dikelilingi banyak mainan mahal dan bermerk, yang bahkan untuk kardusnya saja sudah seharga mainan plastik yang dulunya sering kita tukar dengan botol soda, namun sinar matanya redup, raut wajahnya mendung, lalu apa yang menghalanginya bersinar diantara tumpukan harta yang menyilaukan.

Basineng, aku percaya, bahwa akan selalu ada bahagia yang terselip dan tumbuh jika syukur adalah kata pertama yang keluar dalam ucapan kita kala matahari mulai berbagi sinar ditetesan embun pertama. 

Mari bersyukur.

Post a Comment