Pesimisme dan Pertalian Sejarah

Table of Contents

Basineng, katamu kau begitu takut melihat kondisi masyarakat kita sekarang. Mudah diadu domba, berita fitnah menyebar tak terkendali, moral merosot dengan dalih kebebasan, hukum dibolak balik, kebenaran bukan lagi sebuah kemutlakan. Peradaban ini sedang mengalami krisis, katamu. 

Kau sempat berkata bahwa pesimisme menjadi aliranmu yang baru sekarang, pesimis akan arah dimana masyarakat terbawa oleh arus yang sama sekali tidak bersahabat dan tidak sejalan dengan jalur jalur kebaikan dalam tafsiranmu. Kau ragu bahwa kita akan berakhir di titik terbaik kita sebagai manusia dimana damai dan harmoni adalah atmosfir yang kita hirup diusia tua renta. 

Aku tak sepenuhnya menyalahkanmu Basineng, jika hanya melihat kondisi sekarang, mungkin saja aku akan ikut dalam aliranmu yang menurutku lebih dekat kepada aliran keputus asaan dibangdingkan pesimisme. Namun, aku juga melihat kebelakang, melihat sejarah dimana manusia pernah berada pada kondisi yang lebih buruk dari sekarang. Masa dimana semua kebodohan berkumpul dalam satu peradaban, masa dimana kebahagiaan adalah hal yang harus diikhlaskan untuk terganti dengan sakit dan derita. 

Basineng, sejarah, masa sekarang, dan masa depan adalah satu pertalian yang harus selalu kau satukan. Karena semuanya adalah satu kesatuan yang membentuk sebuah bacaan dimana kau dapat belajar bukan hanya dari sudut pandang kekinian, tapi juga sudut pandang masa lalu dimana kau dapat melihat banyak pandangan bijak dan optimis, sehingga pikiran dan caramu memandang ataupun mengira-ngira tentang sesuatu dimasa depan bisa lebih baik dari sekedar keputusasaan dan keburukan. 

Aku tak menyalahkanmu, Basineng. Kau mungkin sedang tertekan melihat apa yang terjadi sekarang, dan artinya kau sedang berpikir, kau paham akan kondisi, dan itu lebih baik daripada tak merasa sama sekali. Cuma, sebagai temanmu, aku hanya memberimu sedikit pandangan yang berbeda, bahwa manusia bisa berada pada kondisi seburuk buruknya dalam peradaban, namun, sejarah memperlihatkan bahwa kita, manusia, termasuk kau tentunya, selalu bisa bangkit melawan kondisi seburuk apapun.

Post a Comment