Wednesday, May 27, 2020

Kita bukan pemegang kendali Basineng

Keberhasilan itu relatif, mereka berhasil mendapat piala, tapi tak belajar dari proses yang mereka jalani, kita kalah, tapi mendapatkan banyak pelajaran dari tiap langkah kecil yang kita tapaki, berkembang seiring waktu yang kita habiskan untuk mencapai apa yang kita impikan. Apa ada yang lebih penting dari itu kawan?

Basineng, beberapa bulan ini kegiatanku terasa sangat padat. Ada banyak hal yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa aku baru menyapamu lagi dalam tulisanku. 

Aku pernah bercerita kepadamu tentang bagaimana aku sangat menginginkan sesuatu untuk berjalan seperti yang telah aku espektasikan sebelumnya, seperti apa yang telah aku rencanakan di kertas sticky notes pada tiap malam sebelum aku tidur. 

Namun seiring berjalannya waktu, kita sebagai manusia hanya perancang dari apa yang kita inginkan dan rencanakan, kita tak pernah sepenuhnya memegang kendali. Aku dulu mempercayai ini hanya sebatas kalimat mutiara penghias acara seminar motivasi, tapi, aku merasakannya Basineng. Merasakan bahwa segala rencana yang telah kau lakukan tak selamanya bisa kau wujudkan.

Disaat bersamaan, terkadang kita bertemu dengan kontradiksi dari kondisi yang kita alami, Basineng. Kau kadang harus bertemu dengan oang-orang yang telah terberkati dengan segala kelebihan yang mereka bawa sejak lahir. Bahkan ketika mereka tidak berusaha keras, mereka bisa mewujudkan apa yang mereka inginkan. Paling tidak, kelihatannya seperti itu dari tempatku memandang sekarang. Seperti kita berada dalam sebuah perlombaan dengan titik mulai yang berbeda, jauh berbeda. 

Beberapa dari mereka, terkadang masih menyapa dan tersenyum, memandangmu sebagai sebuah kesetaraaan akan garis awal yang berbeda. Namun, tidak sedikit juga dari mereka yang merasa bahwa kita berada pada garis yang sangat berbeda, bahkan tidak pernah akan bisa sepadan sekeras apapun kita berusaha.

Kau tahu ceritaku Basineng, kita pernah berjuang bersama, dan kita tahu bagaimana rasanya mencapai sesuatu yang kita mulai dari dari titik nol, atau bisakah kusebut dari titik minus? Jadi, mungkin kau paham dengan apa yang kurasakan. Terkadang aku sangat jengkel melihat para tuan muda yang kadang meremehkan arti setapak yang telah kita lewati Basineng, arti peluh dan jerih payah yang kita lakukan.

Aku sangat jengkel dengan tingkah manja mereka yang memaknai kerja keras dengan seberapa keras mereka memaksa orang tua untuk memenuhi apa yang mereka inginkan. Aku sebenarnya tidak peduli Basineng, itu orang tua mereka. Sayangnya di banyak kejadian yang kita lalui, orang tua mereka adalah pengambil keputusan untuk titik akhir perjuangan kita.

Seperti kata pepatah, darah lebih kental daripada air, buat apa mengambil yang jauh, jika kerabat masih ada yang bisa dipilih. Dan di sinilah kita, dalam bejana kegagalan yang dibangun oleh mereka yang punya kendali dan kuasa.

Aku tahu, kau pasti akan membalas tulisanku ini dengan kalimat yang akan menenggelamkanku dalam kalimat untuk menyuruhku bersyukur dan bersabar. Kalimat-kalimat bak motivator yang kau lemparkan ke kepalaku,

"Keberhasilan itu relatif, mereka berhasil mendapat piala, tapi tak belajar dari proses yang mereka jalani, kita kalah, tapi mendapatkan banyak pelajaran dari tiap langkah kecil yang kita tapaki, berkembang seiring waktu yang kita habiskan untuk mencapai apa yang kita impikan. Apa ada yang lebih penting dari itu kawan? Mari bersyukur dan bersabar, tidak ada tameng paling kuat dibandingkan dua kalimat itu, bukankah itu janji Tuhan?"

Dan sayangnya, aku memang hanya bisa berpegang pada dua kata itu. Bukankah kita memang bisa berjalan sejauh ini karena mengantongi dua kata itu dalam tiap perjalanan yang kita mulai? Aku selalu paham itu Basineng.

Aku menulis ini bukan untuk berkeluh kesah atau menggerutu padamu Basineng. Aku hanya, ingin menuliskannya, dan berharap bahwa sebagian atau keseluruhan penat dan kesal yang kurasakan akan tertumpah dan mengering bersama tulisan ini. Setidaknya itu yang kuharapkan.

Semoga kau selalu dalam kondisi yang baik Basineng, aku akan menyapamu lagi dalam suratku yang lainnya.

Foto oleh Ainun Najib
Share:

0 komentar: