Sunday Market Adelaide

Table of Contents
Kita paling benci diajak ke pasar Basineng.

Dulu kita selalu diam-diam lari dan bersembunyi di kebun cengkeh belakang rumah jika akan diajak ke pasar. Kau selalu benci tanah becek, dan aku tidak suka bau ikan yang bercampur bau tembakau. Di beberapa kesempatan kita bisa lari dari kewajiban kita untuk membantu nenek membawakan barang belanjaannya, namun di banyak kesempatan lain kita pada akhirnya akan mengekor di belakangnya sambil menggendong dua atau tiga kantong kresek yang biasanya berisi ikan kering, sayur labu, lammang dan kebutuhan dapur lainnya.

Kita selalu senang ketika lewat di jajaran penjual mainan yang berada di lorong ketiga arah kanan dari gerbang timur pasar. Kita hanya bisa melihat-lihat, sesekali memegang sembari tersenyum kecut kepada penjualnya yang memasang muka sinis melihat kelakuan kita. Dia mungkin sudah tahu, bahwa kemampuan kita hanya sebatas melihat mainan-mainan itu, membeli mainan tidak pernah masuk kedalam agenda kita ke pasar.

Aku ingat kita pernah nekat mencuri sekeping dua keping dari tabungan Sabanong, teman sekamar kita di rumah nenek. Kita sangat ingin membeli mainan robot berlampu warna warni, dengan stiker bertuliskan Voltron di badan mainan robot itu. Yang pada akhirnya, uang tersebut kita gunakan untuk membeli buku Juz Amma karena takut masuk neraka. Sayangnya, buku Juz Amma itu tidak pernah sekalipun kita baca, yang ku ingat malah Sabanong yang tiap subuh membacanya.


***



Basineng, hari ini aku ingin bercerita tentang rutinitasku setiap hari minggu.

Sunday Market Adelaide

Bulan ini sudah awal musim semi di Adelaide, tapi sisa-sisa musim dingin masih melekat di setiap inci kulitku. Tapi mau tidak mau aku harus bangun dan berbenah Basineng. Aku dan Randi, teman satu unitku, akan pergi ke daerah Brighton untuk mengunjungi Sunday Market, pasar tradisional ala Ausie yang selalu menjadi tempat perburuan kami setiap hari minggu. Tapi jangan bayangkan pasar di sini akan sama bau dan beceknya dengan Pasar Malakaji yang selalu kita datangi bersama nenek di masa yang lalu. Disini tak ada bau amis ikan kering bercampur tembakau. Suasana pasar disini bersih, tidak ada genangan air keruh bercampur sisik ikan dan potongan pelepah daun pisang sisa bungkus tempe.




Sunday market ini selalu menjadi favorit bagi mahasiswa Indonesia yang ada di Adelaide, karena selain harganya yang jauh lebih murah di bandingkan berbelanja ke mini market, disini kami bisa melakukan kebiasaan ibu-ibu legend Indonesia, membeli pakaian bekas yang berkelas dan menawar harga, walaupun untuk hal menawar harga jangan sering-sering dilakukan karena orang sini sangat tidak suka jualan mereka ditawar. Di Sunday Market ini tersedia banyak jenis jualan, mulai dari sayur mayur dan kebutuhan dapur sampai pada buku-buku bekas berkualitass dengan harga miring. Sebagai mahasiswa penganut "save your money for next year road trip" garis keras, berbelanja di Sunday Market untuk kebutuhan seminggu adalah sebuah kewajiban yang tidak boleh terlewatkan. 

Di South Australia, khususnya di Adelaide ada banyak lokasi Sunday Market yang bisa menjadi pilihan kalian. Main North Road (Gepps Cross), Rose Terrace (Adelaide Showground), atau Fullarton Rd -dan masih banyak lagi- merupakan pilihan tempat yang bisa kalian kunjungi. 

Aku paling suka berburu buku bekas di Sunday Market, Basineng. Hanya dengan $5 dollar aku bisa mendapatkan banyak buku dalam satu kardus. Aku bahkan pernah membeli tujuh seri Novel Harry Potter dengan harga kurang dari $15. Aku ingat kau suka dengan Harry Potter, film masa kecil kita yang sangat ingin kau baca novelnya. Yang pada waktu itu membelinya adalah hal mustahil, selain karena harganya yang sangat mahal, di Malakaji tidak ada toko buku. Mungkin itu alasan kenapa pengetahuan kita hanya sebatas buku lusuh yang ada di perpustakaan sekolah.

Selain buku, aku sangat suka berburu buah di Sunday Market, terutama cery dan anggur tanpa biji (Seedless Grape). Buah kelas atas yang ketika di Indonesia kita harus menabung untuk membelinya karena harganya yang mahal. Kau tahu Basineng, setelah mencoba buah cery disini, aku semakin yakin bahwa buah cery di kue ulang tahun yang sering kita makan dulu bukanlah buah cery, sepertinya itu hanya gula berbentuk cery.

Harus kuakhiri ceritaku sampai disini Basineng, kami sudah akan berangkat, aku harus menyiapkan keranjang belanja untuk ke Sunday Market. Akan ku temui kau di cerita selanjutnya.


Post a Comment