Keberpihakan tak menjadikan kebenaran berubah
Basineng, kita tidak pernah tahu bagaimana hati dan pikiran manusia mengolah fakta dan kebenaran yang disampaikan kepada mereka. Kebenaran akan selalu utuh, yang membuatnya terpecah adalah persepsi dan penerimaan seseorang terhadap kebenaran itu.
Tidak sedikit orang yang melihat kebenaran bukan sebagai sesuatu yang utuh, mereka melihatnya sebagai serpihan-serpihan terpisah yang bisa mereka ambil sebagiannya saja, tergantung apakah serpihan itu bisa menguntungkan mereka atau tidak. Banyak serpihan kebenaran yang kemudian dipoles dan dimanipulasi, untuk menunjukkan bahwa kebenaran seutuhnya itu adalah sesuatu yang keliru.
Akupun kemudian sadar Basineng, bahwa terkadang potongan kebenaran bisa menjadi alasan bagi orang-orang untuk saling berpihak dan terkotakkan. Tergantung mana yang bisa menjadikan mereka sebagai pemain utama dalam cerita yang mereka narasikan. Mereka lalu akan menceritakan ulang potongan kebenaran itu dengan berbagai pemanis agar kebenaran yang utuh tertutupi dengan narasi yang mereka sampaikan.
Akhirnya aku paham dengan maksudmu Basineng. Kau pernah berceletuk padaku 15 tahun lalu. Pada saat kau bertengkar dengan teman sekelas kita terkait event kelas yang kita adakan di sekolah. Waktu itu kau berkata,
"Kebenaran tidak akan bisa menjadi kebenaran yang utuh, ketika dijadikan sebagai kendaraan untuk mengantar sesorang kepada tujuan pribadinya. Ia hanya akan mengundang keberpihakan semu yang menggaet orang-orang yang juga ingin membantah kebenaran yang seutuhnya."
Aku pikir itu hanya racauanmu karena sedang dilanda emosi yang meluap-luap. Aku tak bisa menyalahkanmu melihat bahwa teman kita tersebut dengan sangat pandai memoles cerita yang ia sampaikan kepada khalayak ramai terkait kesalahan yang ia lakukan pada saat event kelas berlangsung yang kemudian dilimpahkan kepadamu. Cerita yang ia sampaikan tidak sepenuhnya salah, namun diceritakan dengan lapisan hiperbola yang dramatis sehingga merubah sudut pandang yang mendengar. Kaupun akhirnya menjadi sosok yang menjadi sumber kesalahan itu. Pun kutahu, tidak demikian adanya.
"Orang-orang yang mendengarkanpun sebenarnya tahu itu bukanlah yang sebenarya terjadi, namun mereka hanya ingin menyandarkan kepercayaan mereka kepada sepotong kebenaran karena itu jauh lebih mudah dibandingkan berpegang pada kebenaran yang utuh. Karena jika kebenaran yang sebenarnya terbongkar, maka mereka juga akan terikat dengan kesalahan yang terjadi." Ucapmu sembari menghabiskan tempe goreng yang kau pesan di kantin sekolah.
"Dan parahnya, keberpihakan terkadang mampu merubah perspektif seseorang terhadap kebenaran. Bisa membuat masalah yang sama sekali tidak berkaitan, menjadi terkait untuk bisa memoles potongan kebenaran tersebut agar terlihat sebagai kebenaran yang sesungguhnya." Lanjutmu.
"Jadi jika kau ingin tahu baik buruk tabiat seseorang, lihatlah bagaimana ia menerima kebenaran, dan bagaimana ia bersikap terhadap kesalahan." Ucapmu sambil membersihakan remah-remah tempe yang berjatuhan di celanamu.
Kau bercerita banyak waktu itu Basineng, tapi hal yang bisa kuingat dan kujadikan sebagai peganganku saat ini adalah, keberpihakan tak akan menjadikan kebenaran itu berubah. Jadi ketika kau merasa bahwa yang kau lakukan sudah sesuai dengan aturan yang seharusnya, maka jangan takut untuk tidak berpihak dan jangan takut untuk memegang kebenaran yang utuh. Karena keberpihakan akan berubah, tapi tidak dengan kebenaran.
Post a Comment