Showing posts with label Artikel Umum. Show all posts
Showing posts with label Artikel Umum. Show all posts

Sunday, January 31, 2016

Perjalanan yang belum tertuliskan (Flashback) #4-Danau Tanralili

Dan bagaimana mungkin kita mengagumi negeri orang ketika kita sendiri ternyata luput menyadari bahwa, di negeri kita ada banyak keajaiban

Pengagum Negeri
Suasana dalam perjalanan
Bagaimana bisa kita memiliki cita-cita untuk bertandang ke negeri seberang, negeri tetangga, negeri yang jauh disana, jika kita sendiri belum mengenal negeri kita sendiri. Dan bagaimana mungkin kita mengagumi negeri orang ketika kita sendiri ternyata luput menyadari bahwa, di negeri kita ada banyak keajaiban, ada banyak keunikan yang dari sekian banyaknya hanya beberapa yang telah di eksplorasi.

Landscape sebelum menurunin bukit
Kita mungkin telah banyak membaca tentang kisah-kisah dari mereka yang telah melakukan banyak perjalanan keluar negeri, berjalan lintas negeri, menikmati suasana asing dan mewah. Kita mungkin bisa secara bersama sepakat bahwa diluar sana memang banyak hal spektakuler nan mengagumkan. Landscape yang berbeda, arsitektur yang megah, sejarah yang mahsyur. Kita mengakui itu. Namun, satu hal yang kemudian menjadi ketakutan adalah, ketika semua kemegahan diluar sana membutakan kita bahwa, di tempat dimana kita sekarang berpijak juga terdapat banyak tempat yang tidak kalah megahnya, ada banyak tempat yang menjadi destinasi orang-orang luar untuk berkunjung, ada banyak keunikan dan keajaiban.

Saya sedikit malu, karena diusia sekarang masih belum bisa menyentuh semua destinasi yang indah dan spektakuler yang ada di Indonesia, negeri dengan keindahan tak terkira. Maka dari itu, saya memiliki satu keinginan untuk bisa melakukan perjalanan keberbagai tempat di Indonesia, untuk mengenal tanah tempat berpijak, untuk mendalami kekayaan negeri yang saya tinggali. Dimulai dari tanah kelahiran, tanah daeng. Sulawesi Selatan.

Danau Tanralili
Pemandangan di bukit Taralili
Sulawesi Selatan, seperti halnya setiap daerah di Indonesia, memiliki keindahannya masing-masing. Ada banyak tempat yang bisa kita kunjungi, mulai dari tempat yang terkenal karena sejarahnya seperti Fort Rotterdam di Makassar, Keindahannya seperti Pantai bira dan Apparalangdi Kabupaten Bulukumba, Eksotisme seperti Bantimurung di Kabupaten Maros, atau karena keajaiban alam seperti di Kawasan Karst Kabupaten Maros.

Kali ini, dalam perjalanan yang telah saya lakukan, saya akan bercerita tentang Danau Tanralili di Kecamatan Parigi, Kabupaten Gowa. Sebuah destinasi yang menyajikan banyak pemandangan indah dan mengagumkan di sepanjang perjalanan, terlebih lagi ketika kita telah sampai dan menapak di kawasan danau tersebut. Stunning.
Dipinggir Danau

Perjalanan pada bulan Desember 2015 tersebut memberikan banyak pengalaman, membuat saya banyak bersyukur telah menjadi bagian dari negeri ini. Hutan yang hijau, Bukit yang menjulang gagah, Air yang menyegarkan, dan semua udara yang menyejukkan, sajian alam bebas yang membuat kita lupa akan hiruk pikuk nan gerah perkotaan. Perjalanan selama dua hari tersebut betul-betul memberikan kesan menakjubkan.   

Karena keindahannya, Danau Tanralili ini menjadi salah satu tempat favorit bagi anak-anak muda untuk menghabiskan weekend mereka. Menempuh Jarak kurang lebih 50 km dari makassar ke tempat tersebut merupakan harga yang harus di bayar untuk bisa menikmati eksotisme danau di tengah-tengah bukit yang menjulang dengan rumput yang berkilau keemasan. 

Mari Menjaga

view disekitar danau
Salah satu hal yang kemudian perlu untuk kita perhatikan adalah bagaimana agar semua keindahan dan eksotisme yang ada di Danau Tanralili tersebut dapat terjaga dan bertahan. Karena satu hal yang menjadi penyakit pada setiap daerah destinasi trip atau camping adalah limbah dan sampah yang berserakan pasca kegiatan berkemah dilaksanakan. Jadi, kita perlu sama-sama menyadari akan dampak yang bisa di timbulkan oleh selembar sampah yang kita buang secara sembarang di tempat tersebut. 

1

3

2
Share:

Tuesday, January 14, 2014

Jepang, Anime dan Mimpi Gunung Fuji

Mengenakan yukataMengenakan yukata
bersama cosplayerbersama cosplayer
Jepang merupakan salah satu obsesi yang tertanam sejak kecil di hippocampus otakku, semua keindahan dan keunikan jepang dengan cepat berputar dikepalaku sejak kecil. Gambaran orang-orang berkulit putih dan bermata sipit, samurai dengan pedang terhunus, wanita dengan busana kimono menjadi penghias khayalanku akan Negara Jepang yang kumimpikan akan kudatangi suatu saat nanti.
Negara jepang masuk dalam salah satu list Negara yang saya gemari karena merupakan Negara maju yang tidak meninggalkan kebudayaannya, bahkan dapat mengkolaborasikan antara dunia modern dan budaya peninggalan nenek moyang mereka. Hal seperti ini merupakan sesuatu yang harus kita adopsi, berpikir modern tanpa meninggalkan nilai-nilai kebudayaan yang merupakan ciri khas bangsa.
Anime merupakan sebuah animasi kartun yang bergerak yang menyajikan beragam latar dan alur cerita. Anime pada saat sekarang ini sudah menjadi ciri khas negeri matahari terbit, dan merupakan sarana yang digunakan untuk memperkenalkan kultur budaya jepang kepada masyarakat diseluruh dunia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa banyak yang menyukai Anime ini.
bersama cosplayer
bersama cosplayer
Anime adalah media yang kemudian banyak memberikan saya gambaran tentang Negara bunga sakura tersebut. Siapa yang tidak kenal Astro Boy, Doraemon, dan Naruto, anime yang terkenal sampai kemancanegara, dari sinilah kemudian kekaguman saya akan Negara Jepang menjadi sangat besar. Kreatifitas mereka dalam meramu dan membuat sebuah cerita yang membuat ketagihan merupakan hal yang menurut saya sangat jenius, karena membuat sebuah cerita dengan kemampuan menarik rasa penasaran untuk terus mengikuti ceritanya adalah hal tidak mudah.
bersama cosplayer
bersama cosplayer
Gunung Fuji merupakan salah satu icon dari Negara Jepang, gunung yang puncaknya selalu tertutup salju ini merupakan gunung yang ingin sekali saya kunjungi. Sebuah mimpi yang sejak kecil saya simpan untuk bisa berkunjung dan melihat langsung landscape gunung yang terkenal dengan legenda Putri Kaguya tersebut. Salah satu pintu untuk mewujudkan mimpi tersebut akhirnya terbuka, sebuah peluang untuk bisa menjejakkan kaki di tanah samurai akhirnya ketika saya membaca lomba menulis yang diadakan oleh Konsulat Jenderal Jepang di Denpasar, Bali dengan hadiah sebuah tiket untuk pergi ke Jepang. Saya yakin bukan saya satu-satunya orang yang mengharapkan tiket tersebut, peluang yang saya pegang mungkin saja 1000:1, namun demi sebuah mimpi usaha sekecil apapun harus tetap saya coba demi menghidupkan mimpi yang selama ini tertidur di dalam otakku. GANBATTE !!!

____
Tulisan ini merupakan tulisan yang saya ikutkan dalam Konniciwa Jepang, dapat juga di baca pada link : 

Share:

Tuesday, December 10, 2013

Perjalanan yang belum tertuliskan (Flashback) #3

Menuju Desa Bone-Bone, Enrekang
Bermula dari program kerja Bidang Penelitian dan Pengembangan LPM Penalaran UNM yang diketuai oleh Yusri, mencanangkan satu penelitian eksternal dengan judul Studi Pelaksanaan Otonomi Desa Berbasis Kearifan Lokal Di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Mereka mengangkat penelitian ini melihat karakteristik dari Desa Bone-bone yang menerapkan larangan merokok di desa mereka, bahkan juga menerapkan aturan-aturan lain seperti menanam pohom sebelum menikah, larangan mengkonsumsi makanan yang menggunakan bahan pewarna samapai pada larangan masuknya ayam potong di desa mereka, dari karakteristik itulah kemudian tim Litbang LPM Penalaran UNM kemudian ingin meneliti kondisi psikologi dan tekanan dari warga desa tersebut dengan diberlakukannya aturan tersebut.

Setelah mengadakan rapat untuk menindaklanjuti ide penelitian tersebut maka di putuskan untuk melakukan observasi dan pengambilan data ke desa Bone-bone. Setelah di buka lowongan bagi anggota yang ingin ikut melakukan observasi dan pengambilan data akhirnya yang fix untuk berangkat pada hari yang ditentukan adalah saya, Husnaini, Yusri, dan Syahrul Ramadhan. Observasi dan pengambilan data di desa tersebut direncanakan berlangsung dari tanggal 9 hingga 12 Februari  2013.

Beristirahat di Pantai Bibir Pare-pare
Hari pemberangkatan akhirnya tiba, kami berempat berangkat pukul 09.00 pagi menggunakan sepeda motor, dan direncanakan kami akan sampai 5 jam kemudian. Perjalanan yang cukup melelahkan melihat jarak dari Makassar ke Enrekang sangat jauh, namun landscape yang indah menyapa di dalam perjalanan yang kami lakukan dan sedikit menggerus rasa penat diperjalanan. Dua jam pertama akhirnya kami bisa mencapai Pare-pare kota kelahiran salah satu mantan presiden BJ. Habibie dan singgah beristirahat di Pantai Bibir Pare-pare sembari menikmati indahya panorama pantai. 
Berpose dalam perjalanan
Setelah dirasa cukup, kami lalu melanjutkan perjalanan menuju Enrekang, tanpa dirasa perjalanan kami memakan waktu lebih dari rencana yang kami yaitu 5 jam karena 5 jam telah terlewati dan kami belum sampai di desa Bone-bone. Di dalam perjalanan kami beberapa kali singgah sekadar untuk berfoto dan menikmati pemandangan yang disajikan oleh alam, bukit-bukit yang menjulang indah, hijaunya pepohonan yang berbaris rapi dipinggir jalan, merupakan hal yang menjadi kesyukuran karena dapat menikmatinya. Melihat waktu yang sudah semakin sore kami akhirnya mempercepat laju kendaraan, dan akhirnya kami bisa sampai di Baraka (salah satu desa sebelum masuk ke desa Bone-bone) sekitar pukul 5 sore, sebelum kami melanjutkan perjalanan kami terlebih dahulu singgah di rumah kerabat salah satu anggota lembaga kami, setelah beristirahat dan menyantap sajian pisang goreng dari siempunya rumah perjalanan kemudian kami lanjutkan. 

Tiba di Desa Bone-bone
Gerimis menyambut kami sesaat setelah melanjutkan perjalanan menuju desa Bone-bone, jarak yang kami prediksi sudah dekat ternyata masih jauh. Kami beberapa kali singgah dan bertanya pada penduduk setempat tentang arah ke desa Bone-bone. Langit yang tadinya hanya memercikkan gerimis sudah mulai menumpahkan semua isinya dengan mengucurkan hujan, sebagian jalan yang masih dalam kondisi belum diaspal berubah menjadi licin dan becek, perjalanan menjadi semakin menantang karena disisi kiri kami terpampang jurang ditambah akses jalan yang mendaki dan curam serta licin. Sungguh perjalanan yang mengesankan !
Gerbang Desa Bone-bone
Akhirnya setelah bertanya kesana-sini ddalam perjalanan, kami akhirnya sampai di Desa Bone-bone sesaat sebelum magrib. Kami lalu menuju rumah kepala desa untuk melapor sekaligus meminta izin menginap. Kami disambut ramah oleh bapak kepala desa dan dipersilahkan untuk mengeringkan diri terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Di sudut ruangan kami melihat piala besar yang diberikan atas prestasi desa bone-bone. Setalh mengeringkan badan kami kemudian berbincang-bincang dengan bapak Bapak Muhammad Idris selaku kepala desa Bone-bone. Dalam perbincangan malam itupun kami mendengarkan penjelasan tentang aturan-aturan desa serta bagaimana proses penerapan aturan tersebut kepada warga desa, dan tak luput juga bagaimana prestasi desa tersebut sebagai desa pertama yang mengeluarkan aturan kawasan bebas rokok.
Pagi di desa Bone-bone, sejuk.
Keesokan harinya kami lalu berkeliling desa untuk mewawancarai warga sekitar desa untuk mengumpulkan data, dari proses wawancara saya secara pribadi menangkap bahwa peraturan ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya kesadaran warga desa atas dampak negatif dari rokok, selain itu mereka berpikir visioner dengan memberikan teladan kepada anak-anak mereka agar tidak  merokok.

"Salah satu cara mendidik yang paling baik adalah memberikan teladan, contoh kepada anak-anak. Tidak mungkinkan kami melarang anak-anak merokok sedangkan kami sendiri merokok" ujar saah satu warga yang saya wawancarai.

Sekiranya, kesadaran serta kepedulian terhadap generasi bangsa yang seperti inilah yang patut kita tiru dan aplikasikan bersama.

Akhirnya setelah melakukan pengumpulan data kami akhirnya pamit dan beranjak dari desa Bone-bone menuju Makassar. 

Membawakan materi di SMA Maiwa, Enrekang
Persinggahan di Maiwa
Dalam perjalanan saya kemudian mendapat pesan dari salah seorang adik angkatan di Kampus untuk singgah di Maiwa, untuk bersilaturahmi sekaligus menghadiri dan membawakan materi karya tulis ilmiah di salah satu sekolah menengah atas di desa tersebut. Acara tersebut berlangsung selama dua hari, jadi kami kembali tinggal di Enrekang selama satu hari. 
 Pengalaman mengasikkan juga saya dapatkan dari kegiatan ini, bagaimana melihat siswa-siswa yang antusias dalam belajar tentang karya tulis dan penelitian. Tetap semangat dalam belajar dan berkarya !!!
Pose
Akhirnya setelah semua kegatan di SMA Maiwa ini berahir, kami melanjutkan perjalanan pulang kami ke Makassar, mengistirahatkan badan setelah menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan. Diperjalanan pulang  dan tak lupa kami singgah di tempat-tempat yang memiliki pemandangan yang indah. Semoga di hari depan perjalanan yang jauh lebih hebat dari ini dapat saya lakukan kembali, bersama teman-teman. 






Gunung Nona, Enrekang


Share:

Friday, January 25, 2013

Perjalanan yang belum tertuliskan (Flashback) #2

"Alam memang tahu bagaimana membuat suasana menjadi lebih menyenangkan"
Satu lagi kisah yang tidak tertuliskan di tahun 2012, perjalanan yang menjadi salah satu momen tak terlupakan.Waktu itu kami dalam perjalanan pulang dari tempat Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang merupakan salah satu jenjang yang harus kami lewati sebagai mahasiswa. Dan dalam perjalanan pulang tersebut kami singgah disebuah desa yang memiliki pemandangan cantik luar biasa, sebuah panorama yang disajikan oleh alam. Bulu' Dua begitu mereka menyebutnya, hamparan bukit-bukit yang tersusun indah terbalut hijaunya pepohonan mampu menghipnotis kami yang sedang duduk dan melepas lelah perjalanan.

Keindahan yang menyapu mata kami tak membiarkan sedikitpun rasa bosan manyusup untuk terus memandangi hamparan tonjolan hijau bumi tersebut. Indonesia memang kaya akan pemandangan seperti ini, Dibelakang kami bersusun tembok-tembok bukit yang menjulang tinggi, di hadapan kami terlihat hamparan pedesaan yang seperti lukisan dalam kanvas raksasa. Waktu yang singkat ditempat ini mampu memberi kami kesegaran, dalam balutan jaket Orange sejuk tetap berlari nakal dikulit kami. 

Kolam-kolam ikan yang berada di tengah tengan benteng kokoh perbukitan tersebut menambah apik sajian parodi alam di Bulu' Dua, pohon-pohon yang berdiri rindang menjadi pelengkap dari semua keindahan yang ada. Ingin rasanya kami berlama-lama disini, berlama-lama dalam menikmati sebuah persembahan dari yang Maha Membuat, sebuah anugrah yang tidak akan kami dapatkan ketika sudah berada dalam bising kota, di tengah-tengah hutan beton yang panas dan menggerahkan.

Sebuah momen yang terekam, sebuah potongan cerita yang tersimpan, di tempat tersebut, dalam sebuah puzzle alam.

Indah... 










Share:

Tuesday, January 22, 2013

Perjalanan yang belum tertuliskan (Flashback) #1

"Manusia adalah mesin waktu, yang dapat kembali ke masa lampau melalui kenangan dan sanggup kemasa depan melalui mimpi"- Mengutip
Suasana di Bus
Perjalanan ke Tanah Luwu
Berikut ini adalah perjalan yang pada tahun 2012 lalu belum sempat saya tuliskan. Pada tanggal 19 Desember 2012 saya di tawari untuk ikut membimbing ekskul Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di SMA 1 Mappadeceng, Masamba, Luwu Utara. Pada saat itu saya langsung mengiyakan untuk ikut, dengan alasan, pertama saya belum pernah menginjakkan kaki di tanah Luwu Utara,  dikenal juga dengan sebutan Bumi Sawerigading, yang merupakan tempat dimana legenda I Lagaligo berasal, kedua, Traveling bersama teman-teman adalah hal baru yang masuk dalam daftar kesenangan ku di akhir tahun 2012. 

Saya dan ketiga saudara seperguruan-heheh- Ibe, waddah dan kak maruf berangkat dengan bus malam pada tanggal 20 Desember 2012 menuju tanah sawerigading, perjalanan 10 jam yang sangat panjang terasa menyenangkan. Di mulai dari ajang tawar-menawar bus, makan malam di atas bus, sampai pada candaan-candaan mitos sebelum memasuki tanah Luwu.

"Orang yang baru pertama kali ke tanah Luwu, harus meludah keatas langit sebelum memasuki perbatasan, kalau tidak akan terjadi hal yang tidak di inginkan" ujar kak Maruf.

I don't believe it.hehehe

Tanah Luwu
Kami tiba di Luwu Utara pada tanggal 21 Desember 2012 sekitar pukul 7 lewat, udara sejuk dan pemandangan tiga dimensi menyambut kami, di Luwu utara saya dapat melihat gunung, daratan, dan pantai sekaligus, sebuah kombinasi alam yang sangat indah.
 
Welcome to tanah Luwu


Suasana di kelas pelatihan
Siswa Ekskul KIR
Setibanya kami di Mappadeceng kami langsung menuju SMA 1 Mappadeceng untuk bertemu dengan guru yang mengundang kami, setelah bertemu kami lalu di arahkan untuk membawa barang bawaan kami di penginapan yang disediakan buat kami-Puskesmas Pembantu- yang kebetulah berseblahan dengan sekolah tersebut. Pada pagi itu juga kami langsung bersiap-siap untuk menghadiri pembukaan kegiatan pelatihan karya tulis ilmiah yang diadakan oleh sekolah tersebut. Lelah tak menjadi penghalang, untungnya kami masih sempat mandi sebelum mengikuti acara pembukaan.hehehe.

Agak mengagetkan sewaktu kami memasuki ruang kelas yang disiapkan untuk pembukaan, peserta yang pada pemberitahuan awal berjumlah 30 orang lebih ternyata hanya berjumlah sekitar 20 orang. Tapi tak apa, itu membuat kita akan lebih fokus nantinya dalam pembimbingan. Pembukaan berlangsung baik dan lancar, wakil kepala sekolah menyambut kami dengan sangat baik, memberikan arahan serta motivasi bagi para siswa yang ikut dalam pelatihan tersebut.

Pemberian materi

kanda Ibe lagi menjelaskan
Setelah acara pembuakan selesai kami kemudian menjelaskan kepada peserta terkait dengan apa-apa saja yang akan mereka lakukan selama 3 hari pelatihan. Kegiatan pelatihan yang awalnya kami rancang hanya berlangsung pada pagi-sore hari harus dirombak karena permintaan guru-guru untuk bisa membimbing mereka sampai malam hari agar pelatihannya dapat berlangsung secara maksimal. Dari awal kami berinteraksi dengan adek peserta KIR, kami melihat semangat belajar yang membuat kami ikut terpompa dalam menyalurkan pengetahuan yang kami miliki.

Pembelajaran yang menyenangkan adalah konsep yang kami terapkan dalam pelatihan ini, ini membuat interaksi kami dengan peserta menjadi sangat dekat. Materi yang kami berikan tidak berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas, sambil berbagi cerita dan bertukar pendapat.
Bermain dan belajar
Pasang gaya
Masih sempat
Belajar malam
Indonesia Mini
Satu hal yang kemudian membuat saya merasa kagum dengan desa ini. keberagaman mereka, berbagai suku, berbagai agama dan berbagai latar belakang ada disini, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Sunda, Katolik, Hindu Islam berbaur dalam satu roda masyarakat, bisa dikatakan bahwa desa ini adalah Indonesia Mini. Hal ini dapat terjadi karena daerah Luwu merupakan salah satu daerah transmigrasi, sehingga banyak penduduk yang berasal dari daerah lain, namun perbedaan yang ada tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk saling berinteraksi bahkan dari perbedaan tersebut mereka dapat membangun sebuah harmonisasi yang apik dalam tatanan masyarakat mereka.

Berburu Raja Buah
Waktu senggang akhirnya tiba, sore itu ketika seluruh materi telah selesai kami kemudian memutuskan untuk pergi kerumah salah seorang guru di sekolah tersebut yang juga merupakan senior kami di lembaga untuk menyantap buah yang dijuluki sebagai The King of Fruit "Durian". Perjalanan yang kami tempuh sekitar 30 menit, waktu yang singkat untuk sebuah kenikmatan yang menjemput di ujung lidah pada saat kami sampai. Alhasil, dari sekitar 20 buah yang disediakan kami berhasil menghabiskan sekitar 15 buah. hehehe. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama tinggal untuk menikmati lebih lama durian tersebut, karena kami harus kembali ke penginapan untuk kembali membimbing peserta KIR.
Durian
mantapp !
Hari Terakhir
Tak terasa waktu yang kami lewatkan sudah tiga hari,  kami akhirnya harus pulang kembali ke Makassar. Ternyata kebersamaan yang singkat sanggup membuat adek peserta KIR meneteskan air mata saat penutupan, selalu ada kenangan yang akan terukir dalam setiap pertemuan.  Setelah penutupan dan pamit dengan peserta KIR kami akhirnya meninggalkan sekolah menuju rumah Kak Maruf, disana kami disambut dengan makanan khas pinggir laut, udang, kerang, ikan bakar, dan tidak ketinggalan makanan khas Luwu, kapurung. emm... serasa makan di restoran berbintang, dan gratis. hehehe. setelah puas makan kami kemudian berkeliling kampung menggunakan sepeda, yang kemudian kami lanjutkan dengan acara naik perahu yang dikemudikan oleh kak Maruf. Pengalaman yang fantastis.
Jamuan tanah Luwu
Slurrppp
Pilih Mana ?
Ini dia ...

Perjalanan yang tak terlupakan !


cerita lain

Mitos ?
Pada saat menikmati santapan khas pinggir laut, saya mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan, tersedak tulang ikan, kenikmatan makan akhir terputus disitu. kejadian tersebut mengakibatkan semua makanan yang telah saya makan kembali saya muntahkan. beberapa saat setelah itu Waddah juga mengalami kejadian yang tidak mengenakkan, menginjak bara obat nyamuk. 

Sesaat setelah itu kak maruf berujar 
"Apa ku bilang, kalian tidak meludah ke langit kan ? nah ini buktinya"

really ?





Share:

Sunday, November 18, 2012

Pentas Seni Fort Rotterdam 2012

berpose didepan baliho pentas seni
Malam minggu di benteng Fort Rotterdam, menyaksikan pagelaran seni yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar. Sebuah acara yang di desain guna melestarikan kebudayaan dan kesenian kota Makassar, barang langka yang kini mulai tergerus oleh zaman. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada masyarakat akan kayanya kebudayaan dan kesenian di Sulawesi Selatan. 


Pentas Seni ini merupakan pentas Episode Tiga dari serentetan Pentas Seni yang diadakan secara berturut-turut pada bulan Juli-September-November 2012 dan di isi oleh penggiat sekaligus pemerhati-pemerhati  seni yang ada di Makassar, yaitu Syarifuddin dg. tutu, Celebes Indonesia Performing Art, Angel Voice Choir Makassar, Iron Production dan Sanggar Seni Agus Raga. 
Tari Anging Mamiri
Saat hadir di pentas ini, penampilan tari anging Mamiri sedang berlangsung dengan sangat memukau, euforia tarian anging mamiri terlihat dengan gemerlapnya busana yang digunakan oleh para penari dikuti dengan gemulai gerakan yang mereka sajikan, ditambah dengan gerakan ma'raga-raga yang ditampilkan oleh penari pria, dimana mereka harus memainkan bola sambil berantraksi. namu sayang saya telah melewatkan performance dari adik-adik SD yang sebelumnya menampilkan tari Ganrang Bulo. 
ma'raga-raga
ma'raga-raga sambil berantraksi
Kegiatan ini juga disemarakkan oleh penampilan bapak Syarifuddin dg. Tutu yang menjadi pembawa acara pentas Seni ini dengan menggunakan metode Sinrilik yang lucu dan jenaka dengan candaan-candaan segar dan menggigit. Sebuah metode membawa acara yang membuat para penonton tidak bosan dalam mengikuti semua prosesi kegiatan yang berlangsung. 

sinrilik, oleh syarifuddin dg.Tutu
Sebagai penampilan penutup, Angel Voice Choir Makassar menampilkan beberapa lagu khas Sulawesi Selatan yang dipadukan dengan koreografi yang memukau. Penonton dihipnotis dengan suara-suara emas yang membuat merinding dan berdecak kagum.  Tidak salah jika kelompok paduan suara ini pernah menjuarai Lomba di Bali dan membawa pulang medali emas, sebuah prestasi yang sangat membanggakan dari pemuda-pemudi kota daeng.    
Angel Voice Coir Makassar
Bapak Syarifuddin dg.tutu
Diakhir acara saya segera menuju samping panggung untuk bertemu dengan bapak Syarifuddin dg. Tutu,  pembawa acara pentas seni yang membaut pentas seni ini lebih hidup dengan gaya sinriliknya. 

Satu hal yang membuat kita perlu prihatin, karena hampir sebagian besar dari pelakon pentas adalah orang tua, dimana para pemuda yang seharusnya sekarang mengisi posisi mereka ? yang seharusnya menjadi generasi pelanjut untuk melestarikan kesenian bugis makassar. Ada sedikit yang menusuk didalam hati saya ketika menyaksikan pentas seni ini, sebuah pertanyaan, apakah kesenian dan kebudayaan kita yang kaya ini akan tetap bertahan nantinya ? 

semoga, kekayaan budaya di Sulawesi Selatan dapat terus bertahan dan terjaga dimasa depan. mari kita bersama melestarikan kesenian dan kebudayaan kita, tanah daeng. 
     



Share: